Kreativitas Masyarakat dalam
Mengolah dan Mengawetkan Makanan
Fika
Disty Purnamasari, Dian Ricki Amelia, Ummi Rohmah, Evliyani Meilina
Program
Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas
Kependidikan dan Ilmu Pendidikan
Jl.
Tlogomas 246 Malang Telp 464318
ABSTRACT
In society today has a lot of creativity that is done in processing and preserving foods that aims to increase the appetite of society itself. Pickling is a form of food processing using certain ways both from natural materials and artificial materials. The rise of food products that contain preservatives and food processing are less precise. The selection of food that will be consumed products must meet food needs for good health. Health itself is something that is very important and should always be considered for humans. Therefore, it would be nice if we always pay attention to processing and food conditions that we want to eat in order to prevent the body from various health problems.
Keywords: Creativity, natural materials, chemicals, preservatives and processing.
In society today has a lot of creativity that is done in processing and preserving foods that aims to increase the appetite of society itself. Pickling is a form of food processing using certain ways both from natural materials and artificial materials. The rise of food products that contain preservatives and food processing are less precise. The selection of food that will be consumed products must meet food needs for good health. Health itself is something that is very important and should always be considered for humans. Therefore, it would be nice if we always pay attention to processing and food conditions that we want to eat in order to prevent the body from various health problems.
Keywords: Creativity, natural materials, chemicals, preservatives and processing.
ABSTRAK
Dalam
lingkungan masyarakat sekarang sudah banyak kreativitas yang dilakukan dalam mengolah
dan mengawetkan makanan yang bertujuan untuk menambah selera makan masyarakat
itu sendiri. Pengawetan adalah bentuk dari pengolahan makanan dengan
menggunakan cara-cara tertentu baik dari bahan alami maupun bahan buatan. Semakin
maraknya produk-produk makanan yang mengandung pengawet dan pengolahan makanan
yang kurang tepat. Pemilihan produk makanan yang akan dikonsumsi harus memenuhi
kebutuhan pangan yang baik untuk kesehatan. Kesehatan itu sendiri merupakan
suatu hal yang sangat penting dan harus selalu diperhatikan bagi manusia. Oleh
karena itu, alangkah baiknya jika kita selalu memperhatikan olahan maupun kondisi makanan yang ingin kita makan
agar tubuh terhindar dari berbagai masalah kesehatan.
Kata
kunci : Kreativitas, bahan alami, bahan kimia, pengawet dan pengolahan.
Pendahuluan
Pada
teknik pengolahan dengan pembekuan atau pendinginan dan penjemuran atau
pengeringan menyebabkan berkurangnya kadar air pada bahan pangan yang dimaksud
dan terhentinya aktivitas mikroorgamisme tertentu yang menyebabkan pembusukan pada
suatu makanan (Budiyanto, 2001). Pengolahan bahan pangan zat gizi yang
terkandung dalam bahan pangan dapat mengalami kerusakan bila diolah, karena zat
itu peka terhadap pH pelarut, oksigen, cahaya dan panas atau kombinasinya.
Unsur- unsur minor terutama tembaga, besi, dan enzim dapat mengkatalis pengaruh
tersebut (Budiyanto, 2001). Pada pengolahan bahan pangan yang dimaksud prosentase
kehilangan kandungan gizinya kecil sekali dan yang terjadi justru perubahan
tekstur, rasa, aroma, atau bau dan warna.
Bahan makanan mempunyai peranan yang penting sebagai pembawa atau media
zat gizi yang di dalamnya banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh
seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan lain-lain (Budiyanto, 2001).
Pengawetan
pada makanan sekarang bukan menjadi hal yang tabu dalam lingkungan masyarakat.
Cara mengawetkan makanan yang tertera adalah penjemuran dan kemudian setelah
ditemukan api merekan menggunakan pengasapan. Pengawetan cara lain setelah
berkembangnya zaman mulai menggunakan bahan kimia, misalnya menggunakan bahan
formalin untuk mengawetkan ikan asin.
Di
zaman yang modern ini terdapat banyak cara mengonsumsi makanan. Masyarakat memiliki
kreativitas tinggi untuk mengolah makanan dibuktikan dengan berbagai produk
makanan yang muncul seperti pabrik-pabrik makanan maupun industri rumahan. Dengan
adanya industri-industri kratif tersebut membuat persaingan-persaingan usaha
yang sehat dan lebih kreatif.
A. Jenis-Jenis Teknik Pengolahan
Makanan
1.
Pendinginan
Pendinginan
adalah penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan bahan yaitu -2 sampai
+100 C. Cara pengawetan dengan suhu rendah lainya yaitu pembekuan.
Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku yaitu pada suhu 12
sampai -240 C. Pembekuan cepat (quick
freezing) di lakukan pada suhu -24 sampai - 400 C. Pendinginan
biasanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau minggu tergantung
pada macam bahan panganya, sedangkan pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan
untuk beberapa bulan atau kadang beberapa tahun. Perbedaan lain antara
pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya terhadap keaktifan
mikroorganisme di dalam bahan pangan. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan
pangan tidak dapat membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya
di keluarkan dari penyimpanan dan di biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri pembusuk
kemudian berjalan cepat kembali. Pendinginan dan pembekuan masing-masing juga
berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, nilai gizi, dan sifat-sifat lainya.
Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu penyimpangan yang terlalu rendah.
- Pengeringan
Pengeringan adalah suatu
cara untuk menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan
sebagian air yang di kandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya,
kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai batas sehingga mikroorganisme
tidak dapat tumbuh lagi di dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi
lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan
menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang
sehingga memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi
menjadi lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai
apabila telah di keringkan, misalnya tembakau, kopi, teh, dan biji-bijian. Di samping
keuntungan tersebut, pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu karena
sifat asal bahan yang di keringkan dapat berubah, misalnya bentuknya,
sifat-sifat fisik dan kimia bahan tertentu, penurunan mutu dan sebagainya.
Kerugian yang lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan
tambahan sebelum di pakai, misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan. Agar
pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada bahan yang di
keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air yang
terbentuk keluar dari daerah pengeringan. Penyedotan uap air ini dapat juga dilakukan
secara vakum. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi
pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari
semua permukaan bahan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan
terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan
uap di udara, dan waktu pengeringan.
- Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu
pengolahan makanan yang berfungsi untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan
mekanis, serta perubahan kadar air. Teknologi pengemasan perkembangan sangat
pesat khususnya pengemas plastik yang dengan drastis mendesak peranan kayu,
karton, gelas dan metal sebagai bahan pembungkus primer. Berbagai jenis bahan
pengepak seperti tetaprak, tetabrik, tetraking merupakan jenis teknologi baru
bagi berbagai jus serta produk cair yang dapat dikemas dalam keadaan qaseptis
steril. Sterilisasi bahan kemasan biasanya dilakukan dengan pemberian cairan
atau uap hydrogen peroksida dan sinar UV atau radiasi gama. Jenis generasi baru
bahan makanan pengemas ialah lembaran plastik berpori yang disebut Spore 2226,
sejenis platik yang memilki lubang–lubang. Plastik jenis ini sangat penting penggunaanya
apabila dibandingkan dengan plastik yang lama yang harus dibuat lubang dahulu.
Jenis plastik tersebut dapat menggeser pengguanaan daun pisang dan kulit
ketupat dalam proses pembuatan ketupat dan sejenisnya.
- Pengalengan
Pengalengan makanan
digunakan sterilisasi komersial (bukan sterilisasi mutlak), mungkin saja masih
terdapat spora atau mikroba lain (terutama yang bersifat tahan terhadap panas)
yang dapat merusak isi apabila kondisinya memungkinkan. Itulah sebabnya makanan
dalam kaleng harus disimpan pada kondisi yang sesuai, segera setelah proses
pengalengan selesai. Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan
bahan pangan yang dipak secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba,
dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara
komersial untuk membunuh semua mikroba patogen (penyebab penyakit) dan
pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan dapat terhindar dan
kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita
rasa.
- Penggunaan Bahan Kimia
Bahan pengawet dari
bahan kimia berfungsi membantu mempertahankan bahan makanan dari serangan
makroba pembusuk dan memberikan tambahan rasa sedap, manis, dan pewarna. Contoh
beberapa jenis zat kimia : cuka, asam asetat, fungisida, antioksidan, in-package
desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion dan growth regulatory untuk
melindungi buah dan sayuran dari ancaman kerusakan pasca panen untuk
memperpanjang kesegaran masam pemasaran. Nitogen cair sering digunakan untuk
pembekuan secara tepat buah dan sayur sehinnga dipertahankan kesegaran dan
rasanya yang nyaman. Suatu jenis regenerasi baru growth substance
sintesis yang disebut morfaktin telah ditemuakan dan diaplikasikan untuk
mencengah kehilangan berat secara fisiologis pada pasca panen, kerusakan karena
kapang, pemecahan klorofil serta hilangnya kerennyahan buah. Scott dkk (1982)
melaporkan bahwa terjadinya browning, kehilangan berat dan pembusukan
buah leci dapat dikurangi bila buah – buahan tersebut direndam dalam larutan
binomial hangat (0,05%, 520C ) selama 2 menit dan segera di ikuti
dengan pemanasan PVC (polivinil klorida ) dengan ketebalan 0,001 mm.
- Pemanasan
Penggunaan panas dan
waktu dalam proses pemanasan bahan pangan sangat berpengaruh pada bahan pangan.
Beberapa jenis bahan pangan seperti halnya susu dan kapri serta daging, sangat
peka terhadap susu tinggi karena dapat merusak warna maupun rasanya.
Sebaliknya, komoditi lain misalnya jagung dan kedelai dapat menerima panas yang
hebat karena tanpa banyak mengalami perubahan. Pada umumnya semakin tinggi
jumlah panas yang di berikan semakin banyak mikroba yang mati. Pada proses
pengalengan, pemanasan di tujukan untuk membunuh seluruh mikroba yang mungkin
dapat menyebabkan pembusukan makanan dalam kaleng tersebut, selama penanganan
dan penyimpanan. Pada proses pasteurisasi, pemanasan di tujukan untuk
memusnahkan sebagian besar mikroba pembusuk, sedangkan sebagian besar mikroba
yang tertinggal dan masih hidup terus di hambat pertumbuhanya dengan
penyimpanan pada suhu rendah atau dengan cara lain misalnya dengan bahan pengawet.
Proses pengawetan dapat di kelompokan menjadi 3 yaitu: pasteurisasi, pemanasan
pada 1000 C dan pemanasan di atas 1000 C.
- Fermentasi
Fermentasi bukan hanya berfungsi sebagai
pengawet sumber makanan, tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan. Salah satumya
fermentasi dengan menggunakan bakteri laktat pada bahan pangan akan menyebabkan
nilai pH pangan turun di bawah 5.0 sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri fekal yaitu sejenis bakteri yang jika dikonsumsi akan menyebabkanakan
muntah-muntah, diare, atau muntaber. Bakteri laktat (lactobacillus) merupakan
kelompok mikroba dengan habitat dan lingkungan hidup sangat luas, baik di
perairan (air tawar ataupun laut), tanah, lumpur, maupun batuan. tercatat ad
jenis beberapa jenis bakteri laktat, antara lain Lacobacillus acidophilus, L
fermentum, dan L brevis.
B. Permasalahan Gizi dalam Pengelolaan
dan Pengawetan
Pada pengolahan bahan
pangan zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan dapat mengalami kerusakan apabila
di olah, karena zat itu peka terhadap PH pelarut, oksigen, cahaya dan panas
atau kombinasinya. Unsur-unsur minor terutama tembaga, besi, dan enzim dapat
mengkatalisis pengaruh tersebut. Bahan makanan mempunyai peranan yang penting
sebagai pembawa atau media zat gizi yang di dalamya banyak mengandung zat-zat
yang di butuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan lain-lain. Di dalam masyarakat ada beberapa macam cara pengolahan
dan pengawetan makanan yang di lakukan kesemuanya untuk meningkatkan mutu makanan
yang di maksud dengan tidak mengurangi nilai gizi yang di kandungnya. Pada
dasarnya bahan makanan diolah dengan tiga macam alasan:
1. Menyiapkan
bahan makanan untuk dihidangkan
2. Membuat
produk yang di kehendaki termasuk di dalamya nutrifikasi bahan makanan,
(contoh: roti)
3. Mengawetkan,
mengemas dan menyimpan
(contoh: pengalengan)
Pengolahan bahan makanan untuk
menyiapkan bahan makanan siap hidang
- Bahan makanan yang di olah sebelum di masak.
Bahan
makanan segar dapat langsung di masak dan kemudian di hidangkan, akan tetapi
ada pula bahan makanan yang harus melalui beberapa cara pengolahan tertentu
sebelum dapat di masak, misalnya beras. Untuk memperoleh beras dari padi, padi
itu harus di giling atau di tumbuk terlebih dahulu. Setelah di giling, beras
ini memiliki beberapa proses pengolahan lainya seperti di simpan, di angkut, di
cuci dan sebagainya.
- Bahan makanan pada waktu di masak
Di sini hanya akan di bahas secara umum,
dengan mengambil beberapa contoh, mengingat banyak jenis bahan makanan, dan
juga banyak cara di lakukan untuk memasak makanan itu. Sebagai contoh akan kita
ambil pengaruh memasak terhadap beras, sayuran, dan daging, tiga golongan bahan
makanan yang paling penting dan dikenal di Indonesia.
- Memasak nasi
Untuk memudahkan
pengangkutan dan penyimpanan maka beras di masukan dalam karung. Karung ini
tidak selalu bersih, banyak di pakai sekali-sekali. Kemudian penjual eceran
menjualnya di toko atau di pasar dalam keadaan terbuka tanpa mengindahkan
kemungkinan pengotoran oleh debu dan lain-lain. Justru karena itulah beras
sering kali kotor mangandung debu, batu-batu kecil dan mungkin masih mengandung
gabah serta di hinggapi serangga.
- Memasak sayuran
Di beberapa daerah di Indonesia sayuran
di makan dalam keadaan mentah sebagai lalap. Kebiasaan makan seperti ini baik
sekali, karena memberikan pada menu sehari-hari sejumlah besar vitamin dan
mineral. Tetapi ada biji-bijian yang sebaiknya tidak di makan mentah karena
mengandung zat yang merugikan badan. Sayuran yang sudah di masak berkurang
kadar zat makananya, karena pengaruh berbagai faktor selama memasak. Jumlah
vitamin dan mineral yang dipertahankan tergantung pada sifat yang di miliki
oleh zat-zat makanan itu sendiri serta cara memasakyang di lakukan. Sebagian
besar vitamin yang sudah rusak ialah yang tergolong vitamin yang mudah rusak
oleh panas, yang larut dalam air dan yang mudah di oksidasikan sehingga berubah
sifat. Dalam golongan ini yang paling banyak menderita kerusakan ialah vitamin
C. jumlah mineral yang dapat berkurang karena larut dalam air pemasak terutama
karena terdapat asam-asam organik yang mempermudah pelarutan mineral itu. Dengan
singkat, faktor-faktor yang dapat merendahkan kadar nutrien di dalam sayuran
yang di masak ialah :
1. bila
jumlah air perebus yang di pakai terlalu banyak,
2. bila
air perebus ini kemudian bila di buang setelah di pakai, dan tidak terus di
pergunakan sebagai bagian dari masakan,
3. Bila
sayuran akan di rebus itu di potong-potong dalam
ukuran yang kecil-kecil, dan di biarkan lama sebelum di masak,
4. Bila
air perebus tidak di biarkan mendidih dahulu sebelum sayuran di masukan ke
dalamnya,
5. Bila
pada waktu merebus, panci di biarkan terbuka,
6. Bila
di pergunakan panci atau lainya yang terbuat dari logam yang dapat mengkatalisa
proses oksidasi terhadap vitamin, misalnya alat-alat yang terbuat dari besi,
tembaga dan lain-lain.
- Memasak daging
Daging dapat di masak
dengan mengoreng, merebus atau dengan di panggang. Pada umumnya memasak daging
tidak akan menurunkan penurunan nilai gizi, bahkan dengan memasaknya, daya
cerna (digestibility) daging jauh lebih baik di bandingkan dengan yang
mentah. Ini di sebabakan oleh berbagai proses yang di akibatkan oleh suhu
terhadap protein (denaturation and coagulation). Suhu memasak dapat
menyebabkan terbentuknya zat-zat dengan aroma yang menarik selera, misalnya bau
yang di timbulkan oleh kaldu (boullion), daging panggang dan sebagainya.
Mungkin dengan mamanggang daging dapat terjadi penurunan kadar zat-zat makanan
karena waktu lemak mencair, mungkin terbawa zat-zat makanan yang larut terbakar
di dalam arang dan terjadi ikatan-ikatan organic yang merugikan tubuh.
Pengolahan bahan makanan untuk dijual ke
pasar.
Di Indonesia dikenal banyak makanan yang
telah di olah dengan berbagai cara dengan tujuan memberikan variasi dalam menu
sehari–hari. Beberapa dari makanan seperti itu memilki nilai gizi yang tinggi.
Untuk menarik perhatian pembeli sering makanan atau minuman yang dijual di beri
warna. Produsen makanan rakyat sering menggunakan zat warna yang tidak diperuntukan
makanan, karena harganya lebih murah. Yang sering dipergunakan dalah zat warna
tekstil.
Tempe
Tempe terbuat dari
kacang kedelai yang memilki kadar protein tinggi. Seperti diketahui sumber–sumber
protein nabati dengan kadar protein yang tinggi, belum tentu tinggi pula nilai
hayatinya. Ini disebabkan oleh lapisan selulosa di dalam jaringan bahan makanan
yang berasal dari tumbuhan yang sukar dicerna. Disamping itu pada berbagai
kacang terdapat berbagai jenis enzim yang mempunyai fungsi bertentangan dengan
enzim–enzim percernaan di dalam tubuh kita (trypsine inhibitor). Pada
pembuatan tempe, jamur yang menumbuhi dapat mencerna sebagian besar selulosa
menjadi bentuk yang lebih muda untuk dicerna oleh tubuh manusia. Juga pada
proses pembuatan tempe, trypsine inhibitor tadi menjadi tidak aktif
lagi, sehingga nilai biologi tempe menjadi lebih baik jika dibandikan dengan
kacang kedelai biasa.
Tape singkong
Pada pembuatan tape singkong pada
dasarnya ialah proses fermentasi. Hal yang menarik di sini bahwa hidrosianida
(HCN) yang mulanya mungkin terdapat dalam sinkong itu akan hilang atau akan
tersisa sedikit sekali setelah diubah menjadi tape. Sudah menjadi pengetahuan
umum bahwa keracunan singkong telah membawa banyak korban pada orang-orang yang
tidak mengetahui terdapatnya racun ini pada jenis singkong yang tertentu.
Tahu
Makanan ini terbuat dari kacang kedelai
dan merupakan makanan yang relative mahal karena tersusun dari dispersed
protein yang berasal dari kacang kedelai itu. Pada proses pembuatannya protein
kedelai telah di masak dalam waktu yang cukup lama serta di saring, sehingga
hasilnya akan mempunyai daya cerna (digestibility) yang tinggi.
Pindang
Makanan ini di buat dengan cara
fermentasi juga. Pada pindang yang baik kualitasnya, tulang-tulang ikan pun
dapat menjadi sedemikian empuk, sehingga dapat di makan.
Kecap
Kecap di buat dari kacang kedelai yang
proteinya sebagian besar telah di hidrolisa (oleh jamur) mendapat campuran asam
amino yang mudah di serap.
Ada 6 dasar prinsip pengolahan bahan
makanan untuk pengawetan. Keenam prinsip ini adalah:
1. Pengurangan
air yaitu pengeringan, dehidrasi, dan
pengentalan.
2. Perlakuan
panas yaitu blanching, pasteurisasi, dan sterilisasi.
3. Perlakuan
suhu rendah yaitu pendinginan dan pembekuan.
4. Pengendalian
makanan yaitu fermentasi dan aditif asam.
5. Berbagai
macam zat kimia aditif.
- QS Al Baqarah: 168
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي الأَرْضِ
حَلاَلاً طَيِّباً وَلاَ تَتَّبِعُواْ
خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya: “Hai sekalian manusia,
makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu.”
C. Upaya Mengatasi Permasalahan Gizi
dalam Pengolahan dan Pengawetan Makanan
Dalam pengolahan dan
pengawetan makanan untuk mencegah hilangnya atau berkurangnya kandungan gizi
dan berubahnya tekstur, rasa, warna, dan bau di lakukan hal-hal sebagai
berikut:
Memasak nasi
Kehilangan thiamin pada
nasi dapat di lakukan dengan cara yaitu sebelum di masak hendaknya pencucian yang
di lakukan jangan di ulang-ulang cukup 2 kali saja dan cara masaknya dengan
meliwet.
Memasak sayuran
Sebelum di masak
sayuran jangan di potong kecil-kecil sebab ruas permukaan yang meningkat akan
menyebabkan nilai gizi yang hilang juga banyak. Gunakan air secukupnya. Biarkan
air yang akan di gunakan untuk merebus mendidih terlebih dahulu sebelum sayuran
di masukan. Panci yang di gunakan untuk memasak harus di tutup. Jangan
mengunakan panci atau alat lainya yang terbuat dari logam yang dapat mengkatalisa
proses oksidasi terhadap vitamin. Gunakan air rebusan sebagai kuah. Pengawetan
sayuran dengan cara pendinginan harus memperhatikan suhu optimum sayuran yang
di maksud agar tidak terjadi pembusukan karena aktifitas mikroorganisme dan
lain-lain.
Ikan dan Daging
1. Pink Spoilage
dapat di cegah dengan mengunakan larutan sodium hypochlorite atau bahan lain
yang serupa, dengan dosis tidak lebih dari 500 ppm.
2. Case
hardening dapat di cegah dengan cara membuat suhu pengeringan
tidak terlalu tinggi, atau proses pengeringan awal tidak terlalu cepat.
3. freezer
burn dapat di cegah dengan cara membungkus daging yang di
maksud.
Buah
Pada pendinginan buah maka untuk
mencegah kehilangan air atau memberi kilap maka kulit buah di lapisi dengan
malam atau parafin.
Susu
Pada susu pasteurisasi
yang di lakukan mengunakan suhu <600 C sedangkan untuk pembuatan es krim
menggunakan suhu 71,10 C selama 30 menit atau 82,2 0 C selama 16-20
detik.
- Bahan Tambahan Makanan
Bahan tambahan makanan
(BTM) didefinisikan sebagai bahan yang tidak lazin dikonsumsi sebagai makanan,
dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan, dapat bernilai gizi
ataupun tidak, ditambahkan ke dalam makanan dengan sengaja untuk membantu
teknik pengolahan makanan baik dalam proses pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan produk makanan
olahan, agar menghasilkan suatu makanan yang lebih baik atau secara nyata
mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
Jenis bahan tambahan makanan sangat beragam sesuai
dengan fungsi dan tujuan penggunaannya, yaitu sebagai antioksidan, mencegah
penggumpalan, mengatur keasamam makanan, pemanis buatan, pemutih dan pematang
tepung, pengemulsi, pengental, pengawet, pewarna, pengeras tekstur makanan,
penyedap rasa, penguat rasa, sekuestran, enzim dan penambah gizi, serta fungsi
lainnya seperti pelembab, antibusa, pelarut, karbonasi, penyalut, dan pengisi.
WHO mensyaratkan zat tambahan itu
seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut :
(1). Aman digunakan,
(2). Jumlahnya sekedar memenuhi kriteria
pengaruh yang diharapkan,
(3). Sangkil secara teknologi,
(4). Tidak boleh digunakan utnuk menipu
pemakai dan jumlah yang dipakai haruslah minimal. Bahan baku bahan tambahan
makanan dari bahan sintetik mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih
stabil, dan lebih murah. Namun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi
ketidak sempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi
kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogenik, baik pada hewan maupun
manusia.
Pewarna buatan
Dalam proses pengolahan
bahan pangan kadang kala terdapat kecenderungan penyalahgunaan pemakaian zat
pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan
kulit di pakai untuk mewarnai bahan makanan. Karena adanya residu logam berat
pada zat pewarna tersebut zat pewarna yang berbahaya dan dilarang digunakan
sebagai bahan tambahan makanan, obat-obatan dan kosmetika telah diatur menurut
ketentuan Peraturan Menkes RI Permenkes RI No. 239/Men.Kes/Per/V/85.
Pengawet buatan
Bahan tambahan pangan berupa pengawet
boleh digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksi pangan yang mudah
rusak. Pencantuman label pada produk pangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No.69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Label pangan adalah
setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan,
kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke
dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.
Problematika
yang sering terjadi dalam penggunaan bahan pengawet
· Penggunaan
Tidak sesuai dalam ketentuan Depkes.
· Kadar
akumulatif tidak pernah dikonfirmasikan dengan DAILY INTAKE.
· Penggunaan
bahan ilegal (Boraks dan formalin).
Tetapi perlu diperhatikan hal-hal
penting dalam menggunakan bahan tambahan pangan pengawet adalah :
· Pilih
pengawet yang benar/yang diijinkan untuk dalam pangan serta telah terdaftar di
Badan POM RI.
· Bacalah
takaran penggunaannya pada penandaan/label.
· Gunakan
dengan takaran yang benar sesuai petunjuk pada label.
· Membaca
dengan cermat label produk pangan yang dipilih/dibeli serta mengkonsumsinya
secara cerdas produk pangan yang menggunakan bahan pengawet. Contoh bahan
tambahan pangan pengawet lengkap dengan penandaan dan takaran penggunaannya.
Pemanis
buatan
Pemanis yang termasuk BTM adalah pemanis
pengganti gula (sukrosa).Pemanis, baik yang alami maupun yang sintetis,
merupakan senyawa yang memberikan persepsi rasa manis tetapi tidak (atau hanya
sedikit) mempunyai nilaigizi (non-nutritive sweeteners).
Citarasa buatan (Penyedap rasa dan
aroma)
Cita rasa bahan pangan terdapat tiga
komponen bau,rasa dan perangsang mulut. Agar menambah selera makan dalam proses
pengolahan ditambahkan cita rasa tiruan (sintetik), misalnya amil asetat
menyerupai aroma pisang, vanillin memberikan aroma serupa dengan aksetat
vanili, dan amil kaproat mempunyai aroma apel dan nanas. Sedangkan untuk
membangkitkan cita rasa yang umum di gunakan misalnya, monosodium glutamate
(MSG) dan jenis nukleotida seperti IMP dan GMP.
- QS Al Baqarah: 172
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ
مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُواْ لِلّهِ
إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto,
M.A.K. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi: Malang UMM Press
Dwijopeputro,
D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Djambatan
Winarno,
F,G.I. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan
konsumsi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar